Kisah Agnes masuk Islam karena kagum akan surat Albaqoroh dalam Alquran




Depok - 8 Tahun yang lalu, Agnes Purwanti (29) memutuskan untuk memeluk agama Islam setelah mengalami krisis iman selama bertahun-tahun. Ia sempat mempelajari berbagai agama sebelum akhirnya mantap memilih Islam.

"Saya masuk Islam akhir November tahun 2007. Saya sempat belajar agama lain, karena angkatan saya (FIB UI 2004), angkatan terakhir yang diperbolehkan ambil kelas agama yang berbeda dengan agama yang dianut," kata Agnes saat ditemui di kediamannya, di Jalan Galur, Depok, Jawa Barat, Rabu (1/7/2015) lalu.

Namun kala itu ia tidak tertarik untuk mengambil mata kuliah Islam. Karena menurutnya umat muslim cenderung kasar. Agnes mengaku terpaksa mempelajari Islam setelah selama seminggu ia mendapat 'teror' bisikan salat.

"Krisis iman bikin saya jadi sering bengong di kosan. Hingga suatu hari saat Magrib, habis azan kayak ada yang ngomong 'salat, salat'. Saya nggak tahu itu suara siapa. Sempat merinding juga, lalu saya lari ke warnet. Dan ini terjadi berkali-kali, berturut-turut dalam waktu yang sama. Selalu setelah azan Magrib," ujarnya.

Agnes kemudian menceritakan hal ini kepada dosen pembimbingnya yang kebetulan seorang muslimah. Ia disarankan untuk mempelajari Islam dan bersikap adil terhadap seluruh agama di Indonesia. Akhirnya Agnes mengikuti kegiatan keislaman sang dosen. Ia membuka Alquran dan membaca terjemahan surat Al Baqarah.

"Jadi pertama rasa yang saya tangkap, baca Alquran itu kayak Tuhan lagi ngomong sama kita, Godly banget. Allah menyebut 'Kami' atau 'Aku' itu lebih banyak daripada menceritakan banyak tokoh. Aku nemuin rasa Tuhannya di situ," ujarnya.

Ia mengaku sempat tak yakin dengan isi surat Al Baqarah. Namun menurut Agnes, segala bantahannya langsung terjawab di dalam surat itu juga. Hal itu membuatnya semakin yakin dengan Islam. Ia bahkan langsung berniat masuk Islam saat itu juga.

"Aduh berderai-derai airmataku baca surat Al Baqarah. Ini missing link yang saya cari. Saat itu saya berpikir, saya mau salat biar nggak diteror lagi," katanya.

Agnes mencari tahu sendiri bagaimana cara melaksanakan salat. Ia belajar dari buku panduan salat dan internet. Berbekal mukena dan sajadah pinjaman teman kos, Agnes mencoba salat untuk pertama kalinya secara otodidak.

"Habis takbir Allahuakbar, terus apalagi? Saya mematung gitu, nggak bisa gerak, nggak tahu kenapa. Cukup lama, sekitar setengah jam," katanya.

Ia kemudian menemui dosennya kembali. Agnes diberi penjelasan bahwa syarat masuk Islam harus mengucap 2 kalimat syahadat terlebih dahulu, baru kemudian bisa melaksanakan salat. Ia lalu diminta untuk menunggu habib yang akan membimbingnya bersyahadat. Namun ditunggu hingga 2 minggu, habib yang tengah bertugas ke Papua tersebut belum pulang juga ke Jakarta.

Ditambah lagi, kelompok kajian keislaman yang diikuti dosennya didera masalah internal. Selain itu, ajaran mereka menurutnya bertentangan dengan Islam karena tidak pernah salat dan zakat dengan alasan mereka selalu mengingat Tuhan setiap saat. Agnes kemudian memutuskan untuk tidak lagi mengikuti kegiatan tersebut.

"Saat itu galau banget. Lagi semangat-semangatnya malah diberi harapan palsu. Saya juga putus dengan pacar yang sudah 5 tahun bersama, karena dia keberatan saya mau masuk Islam. Saya lalu berdoa agar diberikan calon suami agar ada pembimbing," katanya.

Tiba-tiba, 2 hari kemudian Agnes bertemu dengan pria yang kini menjadi suaminya. Mereka semakin dekat, dan Agnes menceritakan kegundahannya. Pada akhir bulan November tahun 2007, ia akhirnya mengucap syahadat di Masjid Cut Meutia di Jl Cut Meutia 1, Menteng, Jakarta Pusat, usai jamaah melaksanakan salat Jumat. Agnes mengaku terharu karena banyak umat muslim yang mendoakannya setelah mengucap syahadat.

"Terus nggak lama setelah hari itu, saya dilamar," ujarnya sambil terkekeh.
(nwk/nrl)

0 komentar:

Posting Komentar